Catatan Perjalanan dan Nostalgia :
Konser Musik Woodstock (Bagian 2)
Barangkali
diilhami oleh konser musik Woodstock69, maka para
pemusik dan penyandang dana Indonesia menggelar acara yang
mirip-mirip Woodstock69 di TIM (Taman Ismail Marzuki)
tahun 1973. Konser musik itu diberi nama Summer28
singkatan dari Suasana Malam Hari Kemerdekaan Ke 28, yang
dilangsungkan pada malam hari tanggal 16 Agustus 1973.
Turut memeriahkan
pagelaran musik (terutama yang berirama rock) pertama dan
terbesar pada masa itu, antara lain God Bless (Ahmad Albar, dkk.
dari Jakarta), AKA (Ucok Harahap, dkk dari Surabaya), Giant Step
(Benny Subardja, dkk dari Bandung), Minstreals (Jelly Tobing dkk
dari Medan), dan banyak lagi group-group musik yang lagi
jaya-jayanya pada masa itu.
Summer28
memang sempat kisruh, namun tidak separah
Woodstock69. Sayangnya kini tidak ada lagi
impressario yang berminat menggelar konser musik besar yang
sejenis itu. Barangkali khawatir, pertunjukan musiknya akan kalah
seru dan kalah heboh dengan pertunjukan tawuran antar
penontonnya.
***
Itu tahun 1973,
saya yang masih sekolah di kelas 1 SMP di kampung saya di Kendal,
memandang kota Jakarta tampak seperti jauuuuuuuh
.
sekali. Apalagi datang ke Jakarta, nyaris seperti sebuah mimpi.
Namun di tahun yang sama dan tahun-tahun sesudah itu, saya
berkali-kali menyaksikan penampilan group-group musik itu di
Semarang yang jaraknya hanya 30 km dari Kendal.
Di Semarang,
mereka biasanya tampil di THD (Taman Hiburan Diponegoro) dan GOR
Simpang Lima. Kedua tempat dan bangunan itu sekarang sudah bablasss
sak
angin-anginnya, entah dimakan butho (raksasa) dari
mana. Padahal THD waktu itu termasuk Taman Hiburan yang
murah-meriah.
Meskipun itu
adalah pengalaman masa kecil saya lebih 25 tahun yll. Namun saya
masih ingat persis karena saya lakukan berkali-kali. Setiap kali
ada pementasan di THD (biasanya sebulan atau dua bulan sekali),
hari Sabtu sore saya minta uang kepada almarhum ibu saya Rp 500,-
(lima ratus rupiah). Perinciannya : Rp 300,- untuk ongkos naik Colt
angkutan Kendal Semarang pp. Setiba di terminal Pasar
Johar lalu berjalan kaki sekitar 750 meter menuju THD di Bubakan.
Sisanya untuk bayar tiket masuk THD yang besarnya Rp 200,-
Saat pertunjukan
musik di mulai, saya biasanya langsung menyusup ke depan panggung
di dekat loud speaker, meskipun bunyinya memekakkan
telinga tapi saya dapat nonton dengan bebas dan jelas. Sebab
kalau saya tidak melakukan itu, saya akan kalah bersaing dan
terhalang oleh penonton-penonton lain yang umumnya lebih dewasa
dan lebih besar dari saya. Maklum, wong namanya panggung
terbuka murah-meriah, jadi tempat duduknya terkadang jadi tempat
berdiri. Apalagi kalau habis hujan, dapat dipastikan menjadi
basah.
Berangkat dari Kendal jam 19:00 malam, jam
20:00 tiba di Semarang, jam 20:30 acara dimulai, jam 22:30 acara
selesai dan lalu berjalan kaki kembali ke terminal Pasar Johar
menunggu angkutan, jam 00:00 tengah malam tiba kembali di rumah
di Kendal. Saat menunggu Colt di Pasar Johar, biasanya
sambil duduk nongkrong di pagar tempat parkir di halaman sangat
luas antara Pasar Johar dengan Masjid Besar dan gedung bioskop
Rahayu, bersamaan dengan bubaran pasar Yaik
yang digelar sore hingga malam (sebelum ada bangunan permanen
Pertokoan Yaik Permai).
Catatan ini memang saya maksudkan untuk sekedar bernostalgia. Namun ada sedikit terselip sebuah kebanggaan, karena pengalaman semacam ini umumnya tidak dialami oleh anak-anak kecil sebaya saya pada jaman itu. Buktinya? Kalau sehabis nonton pertunjukan musik lalu keesokan harinya saya berceritera kepada teman-teman main saya, ternyata tidak nyambung. Kedengaran seperti sebuah dongeng yang aneh. Kalau begitu, ya cukup untuk saya nikmati sendiri saja.
New Orleans, 4 Januari 2001.
Yusuf Iskandar
[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]